Daily Archives: 8 April 2008

Ushul Falsafah Politik, (Baik-buruk)

Politik adalah bagi ulama (yang lengkap persyaratannya), nabi dan wali Allah, inilah politik haq, politik Islam. Mereka bertugas memberikan hidayah kepada Negara, masyarakat, individu serta membawa mereka menuju seluruh mashalih yang mungkin bagi individu dan masyarakat, yang dalam quran diistilahkan sebagai : shiratual muataqim. Yang dalam shalat kita selalu mengutarakannya : “ Tunjukkan kami ke shiratal mustaqim (jalan yang lurus)”. Yang berarti kita meminta kepada Allah untuk membawa bangsa, masyarakat dan individu manusia ke jalan yang lurus.

 

Politik bermakna (seseorang)menghidayahi masyarakat ke jalan yang dimana adanya maslahat masyarakat padanya. Dalam riwayat kita telah digunakan oleh Rasul dengan ungkapan siyasah. Sebagaimana tertulis dalam doa dan ziarah Jami’ah diman dikatakan bahwa Rasulullah adalah sasatul ‘ibad, dimana didalam riwayat dinyatakan bahwa Rasulullah diangkat untuk bertanggung jawab untuk siasat umat (menghidayahi umat).

Imam Khomeini qs

 

Siasah dari kata سا س . يسوس   yang berarti menjaga, dalam istilah permasalahan masyarakat dan pemerintahan dan memperhatikan batasan setiap sesuatu.  Dalam Lisan ul Arab jld 6 hal 108 dinyatakan bahwa : السياسه القيام علي الشيئ بما يصلحه  (politik adalah melakukan sesuatu untuk maslahat padanya). Pada asalnya digunakan sebagai penjagaaan hewan ternak (gembala). Ketika dua mafhum ini digabungkan maka dapat dimengerti bahwa dia bermakna ; menjaga, memimpin dan menggembala hewan ternak, yang merupakan tarbiyah untuk mengatur, memimpin dan tarbiyah hewan dua kaki.

 

Sebagaimana Rasul Islam dan juga para rasul sebelumnya, sebelum memimpin manusia dalam sekian waktu telah berpengalaman menjadi gembala dimana menjaga domba untuk tidak jatuh ke jurang, menjaganya untuk tidak diseang serigala dan binatang buas yang lain, melerai dari pertikaian satu sama lain dan mencegahnya untuk terjadi hal demikian, merawat domba yang lemah dan memberi mereka minuman dari air yang segar dan jernih. Membawa ternak tersebut ketempat yang penuh dengan rerumputan yang hijau dan membawa kembali domba yang tersesat.

 

Kemudian ketika menjadi pemimpin umat mereka telah berpengalaman mengatur dan memimpin serta membimbing untuk mengikuti aturan dan hokum Ilahi, menghindarkan umatnya dari gangguan setan besar dan kecil baik dalam maupun dari luar, mendidik mereka hingga sampai batas yang dapat dibayangkan serta melindungan mereka yang lemah. Juga mencari mereka yang tersesat dalam kegelapan dholalah dan dengan kasih dan sayangnya membimbing nya untuk dapat berjalan bersama caravan Ilahi. Menjaga persatuan mereka , berjalan bersama jamaah sehingga tidak termakan oleh srigala penindas dan penjajah serta kebuasan yang tidak terdidik. Membawa mereka pada tamadun dan kebudayaan, menuntun jema’ah dari kerendahan dunia menuju ketinggian sorga yang penuh kebahagiaan.

 

Rasul Islam dan Aimah as diantara para ambiaya’ sebagaimana para politikus yang layak, mengatur dan membimbing yang mendapat predikat    سا سه العباد (politikus para hamba Allah). Setiap pribadi dari  para Anbiya pada dasarnya menjadi pemimpin satu umat dan menjadi politius local- sebagaimana nabi Isa as dinyatakan :  “saya tidaklah siutus kecuali untuk domba yang tersesat dari Bani Israel  (Injil Matius). Dan Rasul Islam menjadi politikus global  قادة الامم  (pemimpin ummat). Montgomery Watt dalam Mohammad Prophet and Stateman menuliskan langkah Rasulullah di Mekah dan Madinah telah membentuk bangunan politik dengan penuh kebijaksanaan dan keadilan penuh hikmah.

 

Imam Khomeini menulis tentang mendunianya politk Rasulullah sawa: “Memang, orang orang Arab inilah yang penuh gejolak dan selalu panas dengan peperangan dan pertikaian dimana tidak pernah masuk di akalnya masalah politik  kemudian dalam waktu yang relative singkat mereka di dibina dengan Qur’an dan serta mengalahkan dua impratur – Roma dan Iran- yang mana pada maa itu dapat dikatakan penguasa dunia dan kemudian menguasai hingga Eropa . Tentulah penguasaan Islam tidak sama dengan penguasaan Napoleon yang hendak menjajah negara negara  tersebut, tapi Islam menguasai Negara tersebut untuk membina masyarakatnya, menjadikan mereka muwahid (berkeyakinan pada ke Esaan Allah), kebuasan  mereka dirubah menjadi beradab.” [Imam Khomeini.]   

 

Bentuk-bentuk Politik

1.      Politik Setan

Politik setan adalah semua bentuk politik yang bertentangan dengan kemanusiaan dan kepentingan manusia.membawa manusia kepada kehancuran dan menentang semua program Ilahi.  Kepemimpinan thaghtut menjadi simbul dari pada politik ini. Sebagaimana disebutkan dalam Quran : “mereka yang kafir pemimpinya adalah thaghut yang akan mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan” (Al Baqarah 2: 257).

Sebagaimana sering juga di kumandangkan bahwa politik adlah tipu muslihat, atau politik kotor dan sebagaimnya maka inilah contoh dari bentuk politik setan.

 

2.      Politik Hewan.

Politk hewan adalah politik yang berjalan dengan benar tapi hanya untuk kepantingan satu atau sebagian aspek dari kehidupan manusia. Jadi boleh jadi dalam politik ini menjalankan semua aturan Islam tapi hanya untuk kepentingan pemerintahan yang dipimpinnya, sehingga negara menjadi negara Islam tapi tidak membawa kepentingan manusia kecuali hanya kepantingan yang menyengkut masalah papan , pangan dan sandang.  Manusia bukan hanya tidak hanya memelukan ketiga hal tersebut. Banyak hal lagi yang diperlukan, keperluan materi dan non materi, lahiriah dan bathiniyah. Politik hewan boleh jadi menyediakan semua aspek , yaitu aspek lairiyah dan bathiniyah tapi keduanya sampai pada kepentingan yang akan menunjang keberlangsungan pemerintah atau hanya dicukupkan untuk memenuhi tuntutan temporal. Dengan ungkapan lain keperluan materi dan non materi tersebut hanya untuk memenuhi keperluan aspek hewani yang ada pada manusia.

 

3.      Politik Islam.

Politik Islam memeiliki makna menuntun dan mencerahi manusia (masyarakat) menuju situasi dan kondisi yang layak bagi mereka (manusia). Didalam riwayat kita jumpai bahwa ungkapan politik di khususkan paa rasul, mereka yang penanggung jawab politik umat.

 

Politik adalah bagi ulama (yang lengkap persyaratannya), nabi dan wali Allah, inilah politik haq, politik Islam. Mereka bertugas memberikan hidayah kepada Negara, masyarakat, individu serta membawa mereka menuju seluruh mashalih yangmungkin bagi individu dan masyarakat, yang dalam quran diistilahkan sebagai : shiratual muataqim. Yang dalam shalat kita selalu mengutarakannya : “ Tunjukkan kami ke shiratal mustaqim (jalan yang lurus)”. Yang berarti kita meminta kepada Allah untuk membawa bangsa, masyarakat dan individu manusia ke jalan yang lurus.

 

Politik ini merupakan tugas para anbiya dan rasul yang kemudian dilanjutkan oleh aimah as danketika ghaibnya imam Zaman maka dilaksanakan oleh ulama yang sadar. Politik Islam mencakup permasalahan keperluan duniawi dan juga ukhrawi dan juga jalan menuju kearah itu. Masyarakat dibawa kepada nilai ideal dari kehidupan dua alam, jadi maslahat disini adalah semua kebaikan, materi maupun spiritual-dalam artian yang sempurna, yaitu titik ideal, sehingga menuntunmanusia menjadi manusia sempurna (insan kamil).

 

Tugas para nabi adalah berpolitik (siyasah), maka agama adalah politik itu sendiri. Masyarakat dengan politiknya akan dibawa bergerak menuju ketempat yang maslahat (yang baik) bagi kehidupan mereka baik secara individual maupun komunitas. Apa bila politik bermakna keburukan dan kebohongan (kezaliman dan pembunuhan) maka itu adalah politik mereka. Politik Islam, muslimin dan imam para pemberi petunjuk (aimah huda as) sebagai pemandu (gembala) para hamba Allah, berbeda sangat kontras dengan makna tersebut (Imam Khomeini qs).[] Bersambung…

Tulisan Ini dikutip dari; http://islammuhammadi.com

Tinggalkan komentar

Filed under Politic

Islam!! Ideologikah?

Dalam diskusi pada salah satu Milist, seorang teman mempertanyakan, apakah layak Islam dijadikan sebagai ideologi? dengan konsekuesi menudukkan segala sesuatu dalam prame dan kerangka hukum Islam. Padahal saat ini venomena dan perkembangan peradaban manusia yang terhidang dihadapan Islam sudah lebih jauh capaiannya daripada hanya menjadikan Islam sebagai ideologi dengan patronya yang terbatas. Ditambah lagi dengan citra Islam sebagai sebuah ideologi sudah sedemikian buruk, dan bahkan ada dalam posisi mengancam serta menghambat perkembangan laju peradaban manusia. Islam tidak akan menyelesaikan masalah, malahan akan menambah persoalan lagi bagi tata dunia yang sedemikian ruwet ini. Lebih kurang seperti itulah yang coba saya tangkap dalam diskusi milist tersebut. Dan saya coba tuangkan jawabannya di blog ini, mudah-mudahan akan mendapat respon yang lebih luas dan akan memperkaya perspektif kita tentang realitas Islam saat ini.

Islam dan tantangannya

Saat ini Agama sedang menghadapi keadaan-keadaan sulit, serangan-serangan liberalisme dan sekulerisme dunia sedemikian massifnya. Kondisi ini sangat dirasakan khususnya oleh Islam sendiri, sebagai satu agama yang memiliki klaim menjadi rahmat atas seluruh alam. Serangan-serangan atas Islam tidak hanya dalam bentuk kekerasan (violence), namun juga melalui perombakan-perombakan mainset dari dalam Islam itu sendiri. Dan perombakan mainset sendiri dilakukan dengan ekspansi budaya dan politik citra.

Islam saat ini dilabelkan sebagai sumber teror dan kekerasan, agama yang bengis dan tidak memiliki kecendrungan yang bersahabat dan menabur keresahan dunia. Alih-alih menebar rahmat, justru menebar ketakutan dan ketegangan bagi kedamaian dunia. Budaya Islam pun tidak cocok untuk konteks kecendrungan peradaban manusia saat ini. Hal ini diperlihatkan Islam tidak begitu ramah dengan saint dan tecnologi, mensubordinasikan peran-peran perempuan yang justru sangat potensial memberi sumbangan dalam konteks aktifitas publik, juga tidak merangsang pertumbuhan perekonomian menjadi poros aktiitas dan tujuan manusia di dunia praktis saat ini. Intinya Islam anti perkembangan, menghalangi jalannya peradaban manusia, dan berseberangan dengan keterciptaan rasa aman dan kedamaina dunia.

Kita pastinya tidak menolak ada sebagian kelompok kaum muslim yang memperlihatkan wajah dan mempragakan atraksi-ataraksi yang mengundang ketakutan dan Islamophobia. Namun perilaku umat seperti ini tidak dapat digeneralisasi, apalagi menarik kongklusi bahwa itulah wajah dan hakikat Islam sebenar. Logika induksionis seperti ini yang sangat ditentang oleh Islam, yang menarik kongklusi-kongklusi dengan dasar yang lemah dan terbatas dalam memberi nilai pada yang lebih mencakup dan meliputi. Semestinya Islam itu sendiri yang mesti di verifikasi untuk memberi kongklusi atasnya, bukan sebagian perilaku pemeluknya yang juga tetap berada pada posisi mungkin (possible) untuk taat dan ingkar atas ajaran-ajarannya.

Kasus pendiskreditan Islam dilakukan dengan berbagai cara dan memanfaatkan media-media yang mungkin untuk itu. Dengan pubikasi karikatur Muhammad Saw yang terjadi secara berulang di Denmark, diikuti dengan produksi film ‘fitna’ oleh salah satu anggota parlemen Belanda yang masih hangat dibicaraankan saat ini, adalah bukti-bukti serangan atas Islam dengan mencitrakan sebuah kultur yang menjijikkan dan jauh dari semangat peradaban ideal yang mesti di capai manusia. Belum lagi kampenye perang anti terorisme pasca runtuhnya World Trade Center, yang diprakarsai oleh Amerika dan Zionis Israil saat ini, yang secara nyata mengarah kepada satu agama, yaitu Islam. Dan wajah orang-orang yang berasal dari negeri-negeri mayoritas berpenduduk Muslim tidak begitu bebas masuk ke negara-negara Barat saat ini, karena selalu akan diawali dengan kecurigaan-kecurigaan dan mendapat perlakuan yang tidak selayaknya. Hal ini murni demi tersebarnya Islamophobia di Barat. Dan keadaan ini mempersulit interaksi dan aktifitas-aktifitas kaum muslim di Barat. Dengan kondisi seperti ini, Islam benar-benar menjadi harus diwaspadai dan mengancam kenyamanan dan perdamain dunia.

Polemik Nuklir Iran yang sedang menjadi fokus utama Amerika dan Zionis Israil saat ini dalam usaha memperlemah posisi dan citra Iran, yang notabenenya adalah pemerintahan Islam berlaku disanan, menjadi ruang penilaian tersendiri bagi kita, betapa permusuhan atas usaha-usaha pencapaian teknologi oleh kaum muslim dianggap mengacam. Iran digambarkan sebagai ancaman dunia saat ini, dan memasukkannya dalam ‘poros setan’ dalam defenisi George W Bush. Padahal klarifikasi dari Iran jelas, bahwa yang sebenarnya tujuan penyerangan Amerika dan rezim Zionis bukanlah persoalan produksi senjata Nuklir oleh Iran, akan tetapi ketakuatan dan ketidak sudian mereka atas penguasaan saint dan teknologi sebagai salah satu indikasi gerak peradaban kaum Muslim di dunia.

Anenya, citra gelabnya Islam dan Islmaophobia tidak hanya mempengaruhi pandangan orang orang di Barat, tapi juga orang orang Timur dan sebagian orang-orang Muslim sendiri. Jalan satu-satunya untuk tidak mendapat serangan dan perlakuan tersebut di atas, Islam mesti surut menjadi sebagai agama yang terbatas. Islam sebaiknya dimaknai dengan urusan keyakinan individual, ritus-titus dan moral yang hanya menyangkut diri sendiri dan tidak berhak memberi pengaruh dan disebarkan sebagai panduan dalam kontek sesial dan negara. dengan Islam yang tereduksi seperti ini akan membawa keamanan bagi jalannya sekulerisasi dan liberalisme dunia.

Pandangan dunia dan Ideologi Islam

Kita maklum dengan antipati dan permusuhan terhadap Islam, karena Islam juga menawarkan dirinya sebagai sebuah ideoleogi yang punya visi dan misi meliputi gerak sosial manusia dengan kerangka-kerangka hukum yang dimilikinya. Pastinya Ideologi ini berbeda sekali dengan apa yang ditawarkan oleh liberalisme saat ini, dan Islam akan selalu diposisikan sebagai ancaman.

Islam secara konsisten berpaton pada tujuan penciptaan manusia, bukan berpatron pada manusia itu sendiri, akan tetapi pada sumber eksistensi murni, yaitu Allah Swt. Islam membuktikan bahwa sumber kebahagian dan keselamatan abadi adalah Allah Swt, Tuhan yang maha bijak menghendaki hamba-Nya berjalan pada jalan yang lurus dan menyempurna dalam arti sebenarnya. Pandangan dunia (world view) Islam memandang eksistensi yang merentang ini bersumber pada yang Satu, sebagai kausa prima (titik akhir rantai sebab-akibat). Manusia dan makluk lainnya berada pada gradasi yang bergantung dari sumber sejatinya, jika tidak, kesirnaanlah selubung eksistensi yang mungkin ini(probaility of eksistent). Dengan demikian, manusia tidak bisa lepas dari Tuhannya walau dalam seper sekian detik pun.

Segala sesuatu adalah Milik-Nya, dan Dialah yang memiliki hak diatas segala yang ada untuk mengatur dan menunjukkan arah gerak yang ideal. Ini tidak hanya sebatas doktrin bagi Islam, akan tetapi klaim yang selalu dapat dibuktikan dan terdapat argumentasi yang valid atas kebenarannya. Dengan kelembutan dan kasih-Nya, manusia tidak dibiarkan berjalan sendiri dan tersesat dengan potensi-potensi yang ada pada manusia itu sendiri. Dan dia menurunkan petunjuk dan hukum yang relevan dengan kadar kemanusian melalui para utusan-Nya. Dan dengan keadilan Nya, Dia beri kebebasan memilih (free will) bagi manusia, antara memilih jala petunjuk atau mengingkarinya. Tentunya ini memiliki konsekuesi-konsekuensi tertentu atas pilihan-pilihan, dan Dia menjelaskannya, dan sekaligus menunjukkan bukti ketidak zaliman Nya. Atas pandangan dunia seperti inilah Umat Islam memilih ideologinya sebagai turunan pada langkah praktis perjalanan manusia di muka bumi.

Ideologi adalah konsekuesi praktis dari penerimaan pandangan dunia yang disebutkan diatas. Karena sejatinya kita tidak akan lepas dari Nya, dan apa yang ada pada kita hanyalah hanyalah jalin menjalin dengan kekurangan dan ketiadaan, maka mengikuti petunjuk aturan hukum dari Nya adalah sesuatu yang tidak dapat ditawar-tawar. dan dari sini kita tmenolak pandangan ideologi sebagai ‘kesadaran palsu’, seperti yang dipercaya oleh kerangka berpikir posmodernis.

Islam adalah agama peradaban, sekaligus media mencapai tujuan kebahagian puncak bagi manusia melalui jalan yang disediakannya. Islam tidak menjustifikasi penindasan dengan alasan apapun, apalagi berhubungan dengan keyakinan yang telah diklaim oleh Islam tidak ada paksaan didalamnya. Islam tidak menganjurkan untuk berperang, kecuali ia diserang dan golongan tertentu menghancurkan martabat-martabat kemanusiaan itu sendiri. Intinya adalah pertahanan, bukan ekspansi.

Klaim sebagai agama peradaban diikuti dengan direntangkan jalan untuk menuju cita-cita ideal akhir sejarah manusia. Dan manusia dituntun untuk tidak melenceng dari tarikan hakikat tertinggi tujuan manusia eksis. Dan Islam tatkala memberi deskripsi tentang ilmu, maka ia sedang menjelaskan bahwa ilmu adalah kendaraan yang akan membawa kamu ketujuan. posisi ilmu sedemikian tinggi dalam Islam, hingga jalan kebahagian tertinggi diraih dengan penguasaanya. Sebagaimana Ilmu, menjaga diri dalam kondisi moral dan spritual akan selalu menghubungkan manusia dengan tujuan-tujuan tertingginya. elemen-elemen dalam Islam akan bergerak secara harmonis dan sistemik adanya. Dan Islamlah yang menjaga martabat kemanusiaan sebenarnya dan menjamin kelanggengan gerak sosial pada gradasi yang menyempurna. Nah apakah kita layak mempertanyakan, ideologikah Islam Itu? Atau lebih relevan ditanyakan apa yang ditawarkan Islam sebagai Ideologi? [Vendra22].

Tinggalkan komentar

Filed under Religion